NasionalismeNews- Bagai angin berembus pembawa kabar dari desa tertinggal di wilayah Kab.Toba Prov.Sumatera Utara.
Belum kering dari ingatan masa perhelatan Pemilihan bupati untuk priode 2020-2024 di Kabupaten Toba pada 9 Desember 2020 tahun lalu, kini masyarakat desa masih menunggu keperdulian Bupati Poltak Sitorus/ Tonny Simanjuntak.
Saat pemilihan Bupati dan Wakil Bupati yang menjadi sebuah keharusan kepentingan juga wajib di daerah karena menyangkut efektifitas pemerintah untuk mengurusi daerah termasuk desa kebanyakan pertanian itu.
Kabupaten Toba, yang sudah dinobatkan Unesco jadi kalderara danau toba, setelah mekar dari Kabupaten Tapanuli Utara, kini telah memiliki 16 kecamatan, 331 desa dan kelurahan, dengan jumlah penduduk kurang lebih sekitar 183.000 jiwa, ada beberapa desa masih jauh dari harapan kemajuan.
Di Kab Toba memang beragam persoalan yang selama ini tetap tidak lepas dari sorotan masyarakat, lantaran pembangunan jalan desa masih tetap terkendala akibat masih minimnya perhatian pihak pemerintah daerah saking luasnya wilayah kabupaten Toba, juga pertanian masih luput dari pehatian pemerintah sehingga banyak alasan terutama masih minimnya APBD.
Demi kelangsungan pembangunan pertanian maka sangat dibutuhkan hubungan politik antar pemerintah daerah dengan pengusaha yang bersedia menjadi bapak angkat dan keperdulian pusat, maka sangat diperlukan sosok pemikir yang mampuni untuk mampu memimpin Kabupaten Toba terutama sosok seorang Bupati yang mau mengutamakan kemajuan ekonomi petani.
Sudah seharusnya Bupati Toba atau saatnya memperhatikan kemajuan pertanian di Kab.Tiba yang kini di pimpinnya agar muncul rasa impati dari masyarakat menjadi salah satu acuan kriteria Bupati yang sudah dipilih masyarakat di Toba tersebut.
Mereka, masyarakat adalah orang yang awalnya meyakini bahwa Poltak Sitorus adalah sosok yang memahami perekonomian masyarakat terutama di sektor pertanian, infrstruktur lantaran saling terkait dengan situasi dan kondisi di Kabupaten Toba sesuai janji kampanyenya.
Mengingat di wilayah Toba potensi karakter masyarakat suku Batak yang rata-rata adalah bertani di kecamatannya maupun desa, dikota pedagang seperti di Porsea, Laguboti dan Balige karena menjadi ciri khas di wilayah Kabupaten Toba.
Ini, tentu bisa jadi peringatan bagi Poltak dari masyarakat pemilihnya selaku pemilik hak suara yang sudah menentukan pilihannya bahwa pemimpinnya yang sudah duduk jadi Bupati/Wakil Bupati di Toba.
Sebagai pemenang menjadi Bupati dan Wakil Bupati diharap bukan hanya sekedar menang, masalahnya, yang penting bagaimana pedulinya dengan nasib masyarakat desa yang ekonomi petani dan infrastrukturnya.
Mungkin Indonesia sudah tahu bahwa kabupaten Toba adalah salah satu daerah pertanian yang terabaikan. Lalu, bagaimana bisa kab.Tiba mencontoh lumbung pangan yang belum lama ditetapkan Presiden Jokowidodo, karena kegiatan pertanian menjadi prioritas pembangunan yang dinilai menjanjikan sehingga dibuat jadi proyek rencana strategis utama jadi lumbung pangan yang ada di Kab.Humbahas.
Sayangnya, Kabupaten Toba hingga kini tertinggal dan tingkat kesejahteraan petaninya di Kabupaten Toba ini masih sangat memprihatinkan.
Bahkan, masih menghadapi masalah yang mendasar di seputar infrastruktur, dan keterjangkauan desa tertinggal khususnya masyarakat desa petani yang ada di pegunungan.
Karena itulah, masyarakat kabupaten Toba, perlu menyoroti kinerja bupati supaya memahami persoalan petani di desa.
Seorang Bupati tidak hanya mampu menunjukan kehendaknya, itu akan sia-sia tanpa perduli membela kemajuan petani, dan perlu dituntut kemampuannya memahami kebijakan mendorong pertanian.
Potensi pertanian kabupaten Toba, seperti lahan luas yang terhampar di wilayah Habornas adalah peluang menaikan surplus pendapatan daerah.
Selain tanahnya subur, suhu serta ketersediaan lahan sangat membutuhkan sumber daya manusia, karena terlalu sayang jika dibiarkan.
Dengan memperkuat pertanian tentu bisa menjadi penggerak ekonomi masyarakat ditambah penghasilan dari sektor lain.
Sama halnya dari sektor perdagangan di Porsea,. Laguboti dan Balige akan bergairah jika produksi produk pertanian meningkat.
Tentu, masyarakat menilai kemampuan dan latar belakang maupun karir sang bupati untuk mengatasi persoalan yang selama ini dikeluhkan para petani.
Infrastruktur fisik juga tentu harus ditunjang oleh birokrasi yang ramah petani.
Kelompok petani yang tersebar di 16 wilayah Kecamatan, jika diberdayakan secara maksimal, tentu menambah PAD Kabupaten Toba.
Padahal, kelompok tani berpotensi menjadi pusat kegiatan yang lebih memberdayakan kemajuan ekonomi rakyat.
Maka, Bupati yang sudah berhasil 1 tahun duduk memenangkan perebutan kursi No.1 Kabupaten Toba, diharapkan menepati janji kampanye perduli pertanian dan infrastruktur menjadi wajib, sehingga dua syarat tersebut tentu akan mensejahterakan masyarakatnya ke depan.
Masyarakat tidak lagi perlu bangga mempunyai pemimpin seorang Bupati, tetapi akan lebih bangga lagi kalau punya kemampuan peduli kaum petani Toba agar masyarakatnya dipedesaan semakin sejahtera, ungkap salah satu anak rantau kelahiran Kab.Toba kepada NN di Jakarta baru baru ini. (Maruli Siahaan /NN)