Senin , 09 Agustus 2021
NasionalismeNews.Com-Papua- Konflik kemerdekaan Papua yang sudah berlangsung selama 60 tahun sepertinya belum akan berakhir dan bahkan masih gencar digoreng oleh pihak tertentu di negara asing. Benarkah Gerakan Papua Merdeka ini adalah gerakan damai? Lalu mengapa gerakan ini masih saja merekrut tentara anak di Papua?
Kampanye Masif Gerakan Papua Merdeka di Media Sosial Facebook
Apakah kamu mengetahui Gerakan Papua Merdeka dari Facebook? Faktanya, Gerakan Papua Merdeka ini memang besar di media sosial dengan 32 laman Facebook terkoordinasi yang mengunggah setidaknya 8,244 post/bulan atau 274 post/hari. Temuan analis media sosial Drone Emprit menemukan lebih dari 143 admin asing tersebar di Inggris, Australia, Selandia Baru, Belanda, Kepulauan Pasifik, dan masih banyak negara lainnya.
Bukankah aneh jika admin pergerakan Papua Merdeka lebih banyak orang asingnya ketimbang orang Papua sendiri? Siapa sebenarnya yang menjadi sponsor kampanye media sosial separatis yang masif ini?
Hubungan Mesra dengan Banyak Partai Asing
Ternyata para pimpinan gerakan separatis Papua di luar negeri ini punya hubungan mesra dengan berbagai partai politik di Inggris, Australia, Belanda, AS, Denmark, Micronesia dan Papua Nugini, Banyak foto yang menunjukkan pertemuan separatis Papua dengan politisi partai-partai asing seperti, Partai Buruh Inggris, Partai Hijau Australia, dan Partai Hijau Selandia Baru. Itulah mengapa kampanye media sosial Papua Merdeka serta protes offline di luar negeri seringnya dilakukan di negara-negara ini.
Tetapi kenapa partai-partai ini ingin Papua merdeka?
Setiap kesepakatan dengan partai politik pasti punya motif ekonomi dan politik. Bahkan Partai Buruh Inggris berusaha keras untuk menciptakan lembaga rahasia yang disebut All-Parliamentary Party Group (APPG) di Papua. Tapi, tahukah Anda bahwa APPG adalah organisasi “kotak hitam”, “ruang gelap”, yang didanai oleh perusahaan minyak, pemerintah asing, badan amal, dan bank?
Ada udang di balik batu, mungkinkah APPG dan kelompok separatis ini punya hubungan dan kepentingan perusahaan tambang dan perusahaan senjata di Papua Barat? Logikanya, konflik Papua Merdeka sangat diidamkan perusahaan tambang karena mereka tertarik untuk mengeruk kekayaan alam Papua Barat yang melimpah. Sementara itu, perusahaan senjata juga akan tertarik untuk masuk kesini karena artinya penjualan mereka bisa meningkat.. Apalagi Indonesia merupakan importir senjata Inggris terbesar ke-2 pada tahun 2014 dengan penjualan senjata mencapai USD 306 juta.
Melihat semua fakta ini, Partai Hijau Australia dan Selandia Baru bisa saja menerima dukungan besar dari perusahaan pertambangan yang banyak di Australia.
Separatis Menggunakan Isu Papua Merdeka Sebagai Mata Uang
Lebih lanjut, media Vanuatu melaporkan bahwa separatis telah menukar isu Papua Merdeka dengan elektabilitas partai politik di Pasifik dan dana operasional untuk separatis. ULMWP (United Liberation Movement of West Papua) bahkan ikut kampanye pemilihan umum untuk mendukung Partai Tanah dan Keadilan Vanuatu dengan imbalan 2-3 tahun dana operasional untuk ULMWP.
Sebuah laporan mencurigakan dari Financial Times menyatakan Vanuatu menerima bantuan dari Tiongkok, yang kemudian digunakan oleh politisi korup untuk mensponsori gerakan Papua Merdeka. Tiongkok sebagai penyokong terbesar keuangan Vanuatu dan dana operasional Melanesian Spearhead Group (MSG) telah menghabiskan lebih dari USD 28,5 juta untuk Vanuatu sejak 2006. Tetapi Vanuatu, yang ekonominya masih berantakan, malah menggunakan uang bantuan Tiongkok untuk mensponsori kelompok separatis ULMWP.
Aneh, mengapa politisi Vanuatu ini mengalokasikan bantuan untuk urusan negara lain tetapi tidak untuk kesejahteraan rakyatnya? Seberapa besar keuntungan mereka dari isu Papua Merdeka?
Kesimpulan
Inilah alasan separatis sibuk mencari korban dan menciptakan konflik di Papua dengan cara-cara keji, seperti membantai 19 pekerja jalan Trans-Papua di Nduga hanya untuk merayakan ulang tahun separatis pada 1 Desember 2018. Bahkan, separatis tega merekrut tentara anak dan tak segan melecehkan perempuan di Papua. Jadi, inilah alasan di balik konflik Papua yang tak pernah selesai. Karena pemain di belakangnya adalah politisi, partai, dan bahkan perusahaan asing yang terus menggoreng isu Papua.(*)